Jumat, 21 November 2014

PENGEMBANGAN ALINEA




Pengembangan paragraf  adalah rincian gagasan utama paragraf kalimat-kalimat penjelas.

Pengembangan paragraf mencakup dua hal yaitu :
1. perincian utama paragraf secara maksimal ke dalam gagasan bawahan atau kalimat-kalimat penjelas dan,
2. penyusunan gagasan bawahan atau kalimat penjelas tadi ke dalam urutan yang teratur dan logis.

Metode Pengembangan Paragraf / Alinea
• Pengembangan paragraf itu dapat dilakukan dengan menggunakan :
1. Metode Contoh ;
2. Metode Analogi ;
3. Metode Klimaks Antiklimaks ;
4. Metode Perbandingan Dan Pertentangan ;
5. Metode Klasifikasi ;
6. Metode Kausal ;
7. Metode Proses ;
8. Metode Definisi ;
9. Metode Deduksi ;
10. Metode Induksi.



1). Metode contoh

dipergunakan untuk menjelaskan gagasan utama paragraf dengan kalimat-kalimat penjelas.
Kalimat penjelas yang berupa contoh :
a. contoh-contoh spesifik,
b. contoh-contoh seperlunya untuk menunjang suatu kesimpulan,
c. contoh yang ada hubungan langsung dengan gagasan utama paragraf.

          Sebelas tahun yang lalu di Indonesia mengimporkan gerbong - gerbong kereta api dari Perancis. Rupanya cukup mentereng, dan sebagian dilengkapi dengan alat-alat Air Conditioning. Manakah sekarang gerbong - gerbong itu ? sudah rusak dalam keadaan tak terpelihara, patut dipakai pada trayek-trayek tingkat 3 saja guna mengangkut anak - anak sekolah dan kaum petani dari pedusunan ke kota.

Sebuah contoh sama sekali tidak berfungsi untuk membuktikan pendapat seseorang, tetapi dipakai sekedar untuk menjelaskan maksud penulis.


2). Metode Analogi

Pengembangan paragraf model ini diperlukan untuk membandingkan suatu yang sudah dikenal umum dengan gagasan yang belum dikenal umum.

Contoh :
Pengembangan teknologi sungguh menakjubkan. Kehebatannya menandingi kesaktian para satria dan dewa dalam cerita wayang. Kereta-kereta tanpa kuda, tanpa kerbau. Jakarta – Surabaya telah dapat ditempuh dalam satu hari. Deretan kerbau yang panjang penuh barang dan orang hanya ditarik dengan kekuatan air semata. Jaringan kereta api, telah membelah-belah pulauku, asap yang mewarnai tanah airku, dengan garis hitam semakin pudar untuk hilang ke dalam ketiadaan. Dunia rasanya tidak berjarak lagi, telah dihilangkan dengan kawat. Kekuatan bukan lagi monopoli gajah dan badak tetapi telah diganti dengan benda-benda kecil buatan manusia.


3). Metode klimaks – antiklimaks

a. Contoh metode klimaks

Dalam pengembangan komoditas kopi terlihat berbagai instansi yang menangani kegiatan produksi pengolahan, dan pemasaran. Pelbagai kegiatan pembinaan dalam pengembangan komoditi kopi harus didasarkan pada suatu kebijaksanaan komoditas yang konsisten dan terpadu. Kebijaksanaan produksi, pengolahan lahan, dan pemasaran-pemasaran itu harus secara konsisten dan terpadu membina peranan komoditas kopi dalam pembangunan nasional. Demikian pula untuk komoditas pertanian yang lain. Inilah yang disebut kebijaksanaan komoditas terpadu secara vertikal.

b. Contoh Antiklimaks

Studi mengenai pembangunan di pedesaan Indonesia dari dimensi administrasi pembangunan pada hakekatnya memerlukan studi mengenai tiga perspektif. Pertama, kita memusatkan perhatian pada keadaan sumber-sumber yang utama di sekeliling mana penduduk pedesaan harus mengorganisasi eksistensinya, khususnya ciri - ciri yang terkait dengan masalah-masalah yang berskala nasional. Kedua, sebaiknya kita mengenal faktor-faktor sosial dan ekonomi yang menstrukturkan sifat interaksi diantara penduduk pedesaan, baik selaku pribadi maupun selaku anggota dari kesatuan sosial yang berbeda. Ketiga, kita memberi perhatian kepada pemerintah ( birokrasi ) baik sebagai pencerminan dari perspektif yang pertama maupun selaku pelopor perubahan.


4). Metode Perbandingan Pertentangan

Sesuatu yang akan diperbandingkan perlu diperhatikan untuk melihat segi kesamaan dan segi pertentangan.

Contoh :
Kata keadilan yang dikeluarkan jaksa penuntut umum terhadap seorang terdakwa yang tidak bersalah atau kata keadilan yang dikeluarkan seorang hakim yang menyatakan sesuai dengan kehendak penguasa atau karena telah menerima suap terlebih dahulu tentulah berbeda maknanya dari kata keadilan bagi yang terdakwa yang dijatuhi hukuman, sedangkan dia sama sekali tidak bersalah.


5). Metode Klasifikasi

 Menjelaskan bagaimana suatu gagasan ( pokok ) menjadi anggota dari kelas yang lebih besar.
Contoh :
          Tiap tahun industri mobil di seluruh dunia menghasilkan suatu peredaran model yang berbeda-beda, direncanakan untuk melihat berbagai umur, selera, dan kantong. Bagi orang-orang yang membutuhkan pengangkutan yang terpercaya dengan biaya pemakaian yang minimum, tersedia pilihan yang luas atas mobil-mobil kecil atau sedang. Yang berjarak tempuh jauh dengan bensin yang irit. Bagi kaum muda yang menginginkan model yang terakhir tersedia pilihan yang luas atas mobil - mobil sport, dan spesial. Bagi orang “bersifat muda”, orang setengah baya, kaum menengah yang menginginkan prestise digabungkan dengan gaya, ukuran, dan keenakan tersedia secara luas mobil - mobil besar lembut, lengkap dengan semua peralatan tambahan.
 
          Akhirnya, bagi orang-orang yang benar - benar hanya tersedia kelas mobil pilihan yang tidak mewah, dibuat menurut selera langganan yang tidak mudah puas. Atas dasar keempat kategori ini saja, dapatlah dikatakan bahwa industri mobil memperagakan slogan para pedagang mobil : “ Bayarlah dan ambilah pilihan anda”.


6) Metode Kausal

Artinya : sebab dapat berfungsi sebagai gagasan paragraf dan akibat sebagai kalimat penjelas. Atau sebaliknya, akibat dapat berfungsi sebagai gagasan paragraf dan akibat sebagai kalimat penjelas.
Metode ini dapat :
1. menentukan dengan jalan hubungan sebab akibat,
2. membedakan sebab sebenarnya dari hal-hal yang sesuai untuk menghasilkan suatu efek.

Contoh :
Jalan Kebun Jati akhir - akhir ini kembali macet dan semrawut, lebih dari separoh jalan kendaraan kembali tersita oleh kegiatan pedagang kaki lima.. Untuk mengatasinya, pemerintah akan memasang pagar pemisah antara jalan kendaraan dengan trotoar. Pagar ini juga berfungsi sebagi batas pemasangan tenda pedagang kaki lima tempat mereka diizinkan berdagang. Pemasangan pagar ini terpaksa dilakukan mengingat pelanggaran pedagang kaki lima di lokasi itu sudah sangat keterlaluan sehingga menimbulkan kemacetan lalu lintas.


7). Metode Proses

 Menjelaskan fungsi pokok / gagasan paragraf. Dalam pengembangan paragaraf ini yang perlu diperhatikan :
1. Penentuan tahap dasar suatu rangkaian.
2. Penjelasan sedetail mungkin sesuai dengan keperluan - keperluan setiap tahap dalam kaitan. Pengembangan paragraf ini bersifat deskriptif dan bukan argumentatif.

Contoh :
          Pembekalan air yang aman merupakan pembiayaan tenaga manusia dan pendapatan di kota-kota modern. Pemurnian air pada dasarnya merupakan proses dua tahap atau tiga tahap yang dilakukan di bawah pengawasan yang ketat oleh ahli-ahli kesehatan dan insinyur. Sebagai langkah pertama air alamiah dari sumber yang paling sedikit keraknya disimpan dalam suatu waduk ( reservoir ) besar, sehingga kebanyakan lumpur, tanah liat, dan pasir terbuang ini disebut pengendapan ( sendimentasi ). Sering dalam air dengan kadar lumpur yang tinggi kapur dan alumunium hidroksida, yang dengan perlakuan-perlakuan membawa bahan-bahan yang masih tersisa, termasuk bakteri - bakteri ke dalam reservoir.


8). Metode Definisi :

Menjelaskan hakekat gagasan paragraf.
Hal yang perlu diperhatikan dalam metode ini :
1. Penempatan pokok dalam kelas umum lalu menjelaskan perbedaannya dengan anggota kelas lainnya;
2. penentuan ciri khas konsep tersebut;
3. pemberian definisi terbatas tentang istilah atau konsep itu sesuai dengan keperluan.

Pada dasarnya, paragraf dengan metode ini terdapat pada awal karangan, atau awal bab yang lebih panjang guna menjelaskan konsep umum paragraf.

Contoh :
          Yang dimaksud dengan bahasa pengantar dalam karangan ini adalah bahasa yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar oleh guru dan murid di sekolah. Sesuai dengan tujuan mengajar di sekolah dasar ( SD ), bahasa pengantar dipergunakan untuk menerangkan dan mengekspresikan serta memahami dan menghayati bahasa pelajaran, agar murid dapat mencapai tujuan pendidikan, yang memilki pengetahuan, terampil, dan memiliki nilai dan sikap yang ditentukan dalam kurikulum. Dalam kegiatan - kegiatan itu bahasa pengantar digunakan baik lisan maupun tulisan.


9). Metode Deduksi

Menyajikan pernyataan umum sebagai gagasan dan pernyataan khusus atau kalimat penjelas terlebih dahulu kemudian diakhiri dengan kenyataan umum adalah induksi. Cara deduksi ini menempatkan gagasan utama pada awal paragraf, kemudian diikuti dengan rincian - rincian yang berupa kalimat - kalimat penjelas.

Contoh :
          Salah satu kedudukan bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa nasional. Kedudukan ini dimiliki sejak dicetuskannya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. kedudukan ini dimungkinkan oleh kenyataan bahasa Melayu yang mendasari bahasa Indonesia telah menjadi lingua franca selama berabad - abad di seluruh tanah air kita. Hal ini ditunjang oleh faktor tidak terjadinya “persaingan bahasa”, maksudnya persaingan bahasa daerah dengan bahasa lainnya untuk mencapai kedudukan sebagai bahasa nasional ( Akhadiah, 1984 : 21 ).

TANDA BACA & EYD (Ejaan Yang Disempurnakan)



Ejaan yang disempurnakan memuat kaidah-kaidah bahasa Indonesia, seperti  penulisan huruf, penulisan kata, penulisan tanda baca dan penulisan unsur serapan. Penulisan huruf berkaitan dengan aturan penulisan nama diri, nama jenis, nama sebutan dan huruf pada lambang bilangan. Penulisan kata berkaitan dengan aturan penulisan kata baku, kata depan, kata ulang, gabungan kata dan bentuk singkatan/akronim. Penggunaan tanda-tanda baca dan aturan penyerapan kata asing yang menjadi kosakata bahasa Indinesia.  EYD ini hendaknya menjadi acuan/patokan dalam berbahasa Indonesia agar tidak terjadi kesalahan.

Penulisan Huruf
Abjad di Indonesia berjumlah 26 huruf yang melambangkan bunyi-bunyi bahasa (fonem), terdiri dari 5 huruf vokal dan 21 huruf konsonan. Bahasa Indonesia juga mengenal gabungan huruf yang padu yang lazim disebut Diftong. Jumlah diftong ada tiga yaitu ai, au, dan oi. Contoh diftong antara lain : pantai, pukau dan amboi.

  Huruf pada nama diri dan nama jenis
Nama diri adalah nomina khusus yang mengacu ke nama geografi, nama orang atau lembaga, dan nama yang berhubungan dengan waktu. nama diri ditulis dengan huruf kapital. Sedangkan nama jenis merujuk kepada jenis tertentu secara umum. Di dalam pedoman EYD nama jenis yang tergolong sebagai nomina umum ditulis dengan huruf kecil.
Nama diri yang diatur penulisannya dalam pedoman umum EYD berhubungan dengan :

1.     nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, dan gelar keilmuan yang diikuti nama orang
contoh  kalimat:
a.      Doktor Salim Said terkenal kritis dalam memberikan ulasan di televisi.
b.     Haji Agus Salim seorang pahlawan pendidikan.

2.     nama jabatan pangkat yang diikuti nama orang, instansi atau tempat
contoh kalimat:
a.     Gubernur DKI Jakarta meresmikan pengunaan busway.
b.     Kolonel Suparman berhasil mengungkap kasus korupsi kemarin.

3.     nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa
contoh kalimat:
a.      Di penghujung tahun 2004 bangsa Indonesia mengalami bencana yang amat besar.
b.     Pulau Jawa terpadat  penduduknya  di Indonesia.
c.     Bahasa Indonesia belum menjadi tuan rumah di negaranya sendiri.

4.     nama tahun, bulan, hari, hari raya dan peristiwa sejarah
contoh kalimat:
a.     Peristiwa itu terjadi pada tahun 1343 Hijriah.
b.     Dahulu pernah terjadi Perang Candu di negeri Cina.

5.     nama khas geografi
contoh kalimat:
a.      Salah satu daerah pariwisata di Sumatera adalah Danau Toba.
b.     Pulau Jawa dan Pulau Sumatera dihubungkan oleh Selat Sunda.

6.     nama buku, majalah, surat kabar dan judul karangan
contoh kalimat:
a.      Ayu Utami mengarang novel Saman.
b.     “Kiat Mengatasi Gejala Penyakit Kejiwaan”.


 Huruf pada nama julukan atau sebutan

Nama julukan atau sebutan lain dari sebuah nama diri diperlakukan sebagai nama diri dan dituliskan dengan huruf awal kapital.
Contoh kalimat:
a.      Dia tinggal di Bandung, yang mendapat julukan Kota Kembang
b.     Aceh (Serambi Mekah) dikejutkan oleh peristiwa gempa bumi dan tsunami.
c.     Dia lebih dikenal sebagai Pak Raden daripada Suryadi.
Kota Kembang, Serambi Mekah, dan pak Raden dituliskan dengan huruf awal kapital karena digunakan sebagai pengganti nama diri atau sebagai nama lain.


Huruf pada lambang bilangan

Angka digunakan untuk menuliskan lambing bilangan atau nomor yang dinyatakan dengan angka Arab (1,2,3,4…) atau angka Romawi (I,II,III,IV…). Kaidah penggunaan angka  antara lain untuk:
1.     menyatakan ukuran panjang, berat, luas dan isi. Misalnya 5 meter, 2 ons dan 100 meter
2.     menyatakan satuan waktu, misalnya 5 jam 30 menit
3.     menyatakan nilai uang, misalnya Rp 5.000,00, US$ 2,500.00, 100 yen
4.     menyatakan kuantitas, misalnya 30 persen, 27 murid
5.     melambangkan nomor yang diperlukan pada alamat. Misalnya Cempaka Putih Tengah IV, No. 53.
6.     memberi nomor bagian karangan dan ayat suci, misalnya
Bab IX, subbab 13, halaman 366
Surat Al Ikhlas: 1 – 4


 Kata Baku dan Tidak Baku

Sebuah kata dapat dinyatakan baku apabila kata tersebut digunakan sebagian besar masyarakat dalam situasi pemakaian bahasa yang bersifat resmi dan menjadi rujukan norma dalam penggunaannya. Sementara itu, sebuah kata dinyatakan tidak baku apabila kata itu menyimpang dari norma kosakata baku (misalnya munculnya unsur kedaerahan atau penyerapan kata asing yang tidak mengikuti kaidah yang berlaku).
Contoh kosakata:
No.
Tidak Baku
Baku
1.
kwitansi
kuitansi
2.
telor
telur
3.
sistim
sistem
4.
tampal
tambal
5.
korsi
kursi
Kosakata baku memiliki tiga sifat, yakni kebersisteman, kecendekiaan, dan keseragaman.


Kata Depan

Kata depan dalam bahasa Indonesia adalah di, ke, dan dari. Kata depan ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.  Akan tetapi, dalam kenyataannya masih banyak pengguna bahasa yang kurang dapat membedakan kata depan dengan awalan. Untuk mengatasi keraguan, pengguna bahasa dapat menentukan kata depan atau awalan dengan cara berikut:
1.     Jika bentuk kata “di” dapat digantikan oleh ”ke” dan ”dari” atau sebaliknya, makna kata ”di” tersebut termasuk kata depan dan harus dituliskan terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contoh:
a.      Di samping saya terlihat banyak bangunan yang runtuh.
b.     Dari samping saya terlihat banyak bangunan yang runtuh.


   Kata Ulang

Kata ulang adalah bentuk kata yang dihasilkan dari proses perulangan dan dituliskan secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Menurut bentuknya kata ulang dibedakan menjadi empat jenis yaitu sebagai berikut:
1.     Kata ulang murni (perulangan kata dasar)
contoh: cepat-cepat, batuk-batuk, kadang-kadang.
2.     Perulangan berubah bunyi
contoh: bolak-balik, compang-camping, tindak-tanduk
3.     Perulangan berimbuhan
contoh: tolong-menolong, hormat-menghormati, keheran-heranan
4.     Perulangan sebagian. Kata ulang ini dalam bahasa Indonesia jumlahnya terbatas.
contoh: tetamu, lelaki, tetumbuhan.


Bentuk Singkatan dan Akronim

Singkatan adalah bentuk bahasa yang dipendekkan dari kata atau kelompok kata yang terdiri atas satu huruf atau lebih. Singkatan seperti itu banyak dijumpai pada nama diri, seperti nama lembaga dan nama orang, serta kata-kata umum dalam bahasa Indonesia. Singkatan tersebut dapat dituliskan dengan tanda titik atau tanpa tanda titik.
Contoh:
Singkatan tanpa tanda titik               Singkatan dengan tanda titik
BUMN                                             Dr. Ir. Priyono (gelar di depan)
PGRI                                                Bustanuddin, S.S. (gelar di belakang)
BP4                                                  A. S. Nungcik (singkatan nama di depan)
BP7                                                   Emi A.T. (singkatan nama di belakang)

Akronim merupakan singkatan dari deret kata yang dapat berbentuk gabungan huruf, suku kata, atau gabungan huruf dan suku kata. Hasil gabungan itu dianggap dan diperlakukan sebagai kata. Akronim dapat dibedakan atas akronim nama diri dan akronim bukan nama diri. Akronim yang berasal dari nama diri dituliskan dengan huruf awal kapital. Sedangkan akronim yang bukan nama diri dituliskan dengan huruf kecil.

Contoh akronim nama diri:
Depkes                 (Departemen Kesehatan)
Bappenas             (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional)
Kowad                 (Korps Wanita Angkatan Darat)

Contoh akronim bukan nama diri:
Amdal                  (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan)
Rapim                  (Rapat Pimpinan)
Waskat                 (Pengawasan Melekat)


Pemakaian tanda baca

Pemakaian tanda baca dalam ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan mencakup pengaturan (1) tanda titik, (2) tanda koma, (3) tanda titik koma, (4) tanda titik dua, (5) tanda hubung, (6) tanda pisah, (7) tanda elipsis, (8) tanda tanya, (9) tanda seru, (10) tanda kurung, (11) tanda kurung siku, (12) tanda petik, (13) tanda petik tunggal, (14) tanda ulang, (15) tanda garis miring dan (16) penyingkat (Apostrof).

1.     Tanda titik (.)

a.      Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang. Misalnya:
1)     W.S. Rendra   2)     Abdul Hadi W.M.
b.     Tanda titik dipakai pada singkatan gelar, jabatan, pangkat dan sapaan Misalnya:
1)     Dr. (doktor)    2)     dr. (dokter)
d.     Tanda titik digunakan pada angka yang menyatakan jumlah untuk memisahkan ribuan, jutaan dan seterusnya. Misalnya:
1)     Tebal buku itu 1.150 halaman.   2)     Minyak tanah sebanyak 2.500 liter tumpah

2.     Tanda koma

Ada kaidah yang mengatur kapan tanda koma digunakan dan kapan tanda koma tidak digunakan.
a.      Tanda koma harus digunakan diantara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
b.     Tanda koma harus digunakan untuk memisahkan kalimat setara yang satu dengan kalimat setara berikutnya yang didahului dengan kata tetapi, melainkan dan sedangkan.
c.     Tanda koma harus digunakan untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat, apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya. Biasanya, anak kalimat didahului oleh kata penghubung bahwa, karena, agar, sehingga, walaupun, apabila, jika, meskipun dan sebagainya.

3.     Tanda titik koma (;)

Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Misalnya :
Para pemikir mengatur strategi dan langkah yang harus ditempuh; para pelaksana mengerjakan tugas sebaik-baiknya; para penyandang dana menyediakan biaya yang diperlukan 

4.     Tanda titik dua (: )

a.      Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu perrnyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya :
Perguruan Tinggi Nusantara mempunyai tiga jurusan : Sekolah Tinggi Teknik, Sekolah Tinggi Ekonomi dan Sekolah Tinggi Hukum
b.     Tanda titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri permyataan
Perguruan Tinggi Nusantara mempunyai Sekolah Tinggi Teknik, Sekolah Tinggi Ekonomi dan Sekolah Tinggi Hukum.

5.     Tanda hubung ( – )

a. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan.
Bandingkan:
Tigapuluh-dua-pertiga (30 2/3) dan tigapuluhdua- pertiga (32/3)
Mesin-potong tangan (mesin potong yang digunakan dengan tangan) mesin potong-tangan (mesin khusus untuk memotong tangan).
b.     Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (b) ke- dengan angka, (c) angka dengan –an dan (d) singkatan huruf dengan imbuhan atau kata.

6.     Tanda pisah (-)

Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan khusus diluar bangun kalimat, menegaskan adanya aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas dan dipakai di antara dua bilangan atau tunggal yang berarti ‘sampai dengan’ atau diantara dua nama kota yang berarti ‘ke’ atau ‘sampai’. Panjangnya dua ketukan.
Misalnya:
1)     Kemerdekaan bangsa itu-saya yakin akan tercapai-diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
2)     Pemerintah Orde Baru tahun 1966-sekarang.
3)     Bus Kramajati jurusan Banjar-Jakarta.
4)     (Moeliono,1980:15-31)
7.     Tanda petik (“_”)

Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung, judul syair, karangan, istilah yang mempunyai arti khusus atau kurang dikenal.
Misalnya:
1)     Kata Hasan, “Saya ikut.”
2)     Sajak “Aku” karangan Chairil Anwar.
3)     Ia memakai celana “cutbrai.”
8.     Tanda petik tunggal (‘_’)

Tanda petik tunggal mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing.
Misalnya:
Lailtul Qadar ‘malam bernilai’

9.     Tanda Elipsis (…)

a.      Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus
Misalnya:
Kalau begitu …ya, marilah kita bergerak.
b.     Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya:
Sebab-sebab kemerosotan …akan diteliti lebih lanjut.

10. Tanda Tanya (?)

a.      Tanda Tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
b.     Tanda Tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya. Misalnya:
1)     Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?).   2)     Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.

11. Tanda Seru (!)

Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan ataupun rasa emosi yang kuat. Misalnya:
1)     Alangkah seramnya peristiwa itu!    2)     Bersihkan kamar itu sekarang juga!

12. Tanda Kurung ((…))

a.      Tanda kurung yang mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
b.     Tanda kurung yang mengapit tambahan keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.

13. Tanda Kurung Siku ([...])

a.      Tanda kurung siku mengapit huruf, kata atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
b.     Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.

14. Tanda Garis Miring ( / )
a.      Tanda garis miring dipakai didalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.

15. Tanda Penyingkat atau Apostrof ( ‘ )

Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.