Senin, 16 Maret 2015

PENALARAN, PROPOSISI, INFERENSI & IMPLIKASI, WUJUD EVIDENSI DAN CARA PENGUJIAN

Kali ini saya akan membahas apa itu Penalaran,  Proposisi, Inferensi & Implikasi, Wujud Evidensi ,Cara Menguji Data ,Cara Menguji Fakta, Cara Menilai Autoritas.  Penalaran, apakah anda sering mendengar kata nalar? Dan apakah anda tahu nalar itu apa? Pada saat bangku sekolah dulu, saya ingat pada saat jam pelajaran matematika, guru saya bilang “jangan dihafalin, tapi di nalarin”, dari situ saya bingung, apa itu nalar. Mulai dari situ saya mulai mencari apa itu nalar. Nah sekarang saya akan menjabarkan pendapat-pendapat dari para ahli dan dari sumber lainya. Selamat membaca J



Penalaran

Dari wikipedia, Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui.  

proposisi (pernyataan berupa kalimat penuh dan bernilai benar / salah) yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi.
Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi. 

Definisi Penalaran Menurut Para Ahli

Keraf (1985: 5) berpendapat bahwa Penalaran adalah suatu proses berpikir dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta, petunjuk atau eviden, menuju kepada suatu kesimpulan.

Bakry (1986: 1) menyatakan bahwa Penalaran atau Reasoning merupakan suatu konsep yang paling umum menunjuk pada salah satu proses pemikiran untuk sampai pada suatu kesimpulan sebagai pernyataan baru dari beberapa pernyataan lain yang telah diketahui.

Suriasumantri (2001: 42) mengemukakan secara singkat bahwa penalaran adalah suatu aktivitas berpikir dalam pengambilan suatu simpulan yang berupa pengetahuan.

jadi menurut saya penalaran adalah suatu proses berfikir untuk mendapatkan suatu kesimpulan dari data-data yang ada.

Penalaran terbagi menjadi 3 yaitu, Proposisi, Implikasi dan Inferensi.

1.  Proposisi

Proposisi adalah apa yang dihasilkan dengan mengucapkan suatu kalimat. Dengan kata lain, hal ini merupakan arti dari kalimat itu, dan bukan kalimat itu sendiri. Kalimat yg berbeda dapat mengekspresikan proposisi yang sama, jika artinya sama. Berdasarkan dari kriteria proposisi terbagi menjadi 4 yaitu, bentuk, sifat, kualitas, dan kuantitas.


Berdasarkan Bentuk

Berdasarkan bentuknya, proposisi dibagi menjadi dua jenis, yaitu :

Proposisi Tunggal

Proposisi tunggal adalah proposisi yang terdiri atas satu subjek dan satu predikat.
Contohnya :

-          Premis 1 : Semua makhluk hidup membutuhkan oksigen

-          Premis 2 : Aldo bernafas menggunakan paru-parunya

-          Kesimpulan : Aldo membutuhkan oksigen.

Proposisi Majemuk

Proposisi majemuk adalah proposisi yang terdiri atas satu subjek dan lebih dari satu predikat.
Contohnya :

-          Premis 1 : Semua orang yang ingin hidup mapan maka harus rajin belajar dan bekerja yang  tekun

-          Premis 2 : Saya ingin hidup mapan

-          Kesimpulan : Saya harus rajin belajar dan bekerja yang tekun



Berdasarkan sifatnya, proposisi juga terbagi menjadi dua jenis, di antaranya :

Proposisi Kategorial

Proposisi kategorial adalah proposisi yang hubungan antara subjek dan predikatnya tidak memerlukan syarat apa pun.
Contohnya :
-          Semua singa adalah omnivora.

Proposisi Kondisional

Proposisi kondisional adalah kebalikan dari proposisi kategorial, yaitu proposisi yang hubungan antara subjek dan predikatnya memerlukan syarat tertentu. Proposisi kondisional dapat dibagi lagi menjadi dua, yaitu :

Proposisi Kondisional Disjungtif

Proposisi kondisional disjungtif adalah proposisi yang mengandung dua pilihan.
Contohnya :
-          Dia seorang Pramugara atau Pilot?.

Proposisi Kondisional Hipotesis

Proporsisi kondisional hipotesis adalah proposisi yang mengandung hubungan sebab dan akibat.
Contohnya :
-          Andai aku polisi aku akan berantas para pem-begal.


Berdasarkan kualitasnya, proposisi dibagi menjadi dua jenis, yaitu :

Proposisi Positif/Affirmative

Proposisi positif/affirmative adalah proposisi yang memiliki kesesuaian antara subjek dan predikatnya.
Contohnya :
-          Semua mahasiswa yang bernilai E akan mengulang mata kuliah.

Proposisi Negatif

Proposisi negatif adalah kebalikan dari proposisi positif,
yaitu proposisi yang tidak memiliki kesesuaian antara subjek dan predikatnya.
Contohnya :
-          Semua pegawai pajak adalah markus


Berdasarkan kuantitasnya, proposisi juga terbagi ke dalam dua jenis, antara lain :

Proposisi Umum

Proposisi umum adalah proposisi yang biasanya diawali dengan kata ’semua’, ‘tidak satu pun’,’seluruh’.
Contohnya :
-          Seluruh manusia pasti dilahirkan.

Proposisi Khusus/Spesifik

Proposisi khusus/spesifik adalah proposisi yang biasanya diawali dengan kata ’sebagian’.
Contohnya :
-          Sebagian buku koleksi saya adalah komik.

2.  Implikasi

Implikasi diwujudkan dengan pernyataan “jika-maka” atau juga “if-then“. Implikasi adalah suatu pernyataan logika yang hanya akan bernilai salah ketika sebab bernilai benar DAN akibat bernilai salah. Untuk lebih jelasnya kita lihat tabel kebenaran berikut:
Tetapi kita harus ingat kalau “jika A maka B” tidak sama dengan “jika B maka A” karena alur implikasi hanyalah berjalan satu arah saja.

Contoh:
“Jika lampu merah menyala maka kendaraan bermotor akan berhenti”
kalimat diatas tidak akan sama dengan :
“Jika kendaraan bermotor berhenti maka lampu merah menyala”


3.  Inferensi

Pengertian inferensi yang umum ialah proses yang harus dilakukan pembaca (pendengar) untuk melalui makna harfiah tentang apa yang ditulis (diucapkan) samapai pada yang diinginkan oleh saorang penulis (pembicara).  

Inferensi atau kesimpulan sering harus dibuat sendiri oleh pendengar atau pembicara karena dia tidak mengetahui apa makna yang sebenarnya yang dimaksudkan oleh pembicara/penulis. Karena jalan pikiran pembicara mungkin saja berbeda dengan jalan pikiran pendengar, mungkin saja kesimpulan pendengar meleset atau bahkan salah sama sekali.

Apabila ini terjadi maka pendengar harus membuat inferensi lagi. Inferensi terjadi jika proses yang harus dilakukan oleh pendengar atau pembaca untuk memahami makna yang secara harfiah tidak terdapat pada tuturan yang diungkapkan oleh pembicara atau penulis.

Pendengar atau pembaca dituntut untuk mampu memahami informasi (maksud) pembicara atau penulis. Inferensi terbagi menjadi 2, diantaranya Inferensi langsung dan Inferensi tidak langsung.

Inferensi Langsung

Inferensi yang kesimpulannya ditarik dari hanya satu premis (proposisi yang digunakan untuk penarikan kesimpulan). Konklusi yang ditarik tidak boleh lebih luas dari premisnya.
Contoh:
-          “Bu, besok temanku berulang tahun. Saya diundang makan malam. Tapi saya tidak punya baju baru, kadonya lagi belum ada”.
Maka inferensi dari ungkapan tersebut: bahwa tidak bisa pergi ke ulang tahun temanya.

2.  Inferensi Tidak Langsung

Inferensi yang kesimpulannya ditarik dari dua / lebih premis. Proses akal budi membentuk sebuah proposisi baru atas dasar penggabungan proposisi-preposisi lama.


Wujud Evidensi

Evidensi adalah semua fakta yang ada, yang di hubung-hubungkan untuk membuktikan adanya sesuatu. Evidensi merupakan hasil pengukuan dan pengamatan fisik yang digunakan untuk memahami suatu fenomena. 

Evidensi sering juga disebut bukti empiris. Akan tetapi pengertian evidensi ini sulit untuk ditentukan secara pasti, meskipun petunjuk kepadanya tidak dapat dihindarkan. Data dan informasi yang di gunakan dalam penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian melalui cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap di gunakan sebagai evidensi.


Cara pengujian evidensi ada tiga (3) yaitu:

1.   Cara menguji data

Data dan informasi yang digunakan dalam penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian melalui cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap digunakan sebagai evidensi.

Dibawah ini beberapa cara yang dapat digunakan untuk pengujian tersebut.
(- Observasi,  - Kesaksian,  - Autoritas)

2.   Cara Menguji Faktor

Untuk menguji apakah data informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta atau bukan, maka harus diadakan penilaian. Penilaian tersebut merupakan penilaian tingkat pertama untuk mendapatkan keyakitan bahwa semua bahan itu adalah fakta, sesudah itu harus mengadakan penilaian tingkat kedua yaitu dari semua fakta tersebut dapat digunakan, sehingga benar-benar meyakinkan kesimpulan yang akan diambil.

1.  Konsistensi

Adalah melakukan suatu kegiatan secara terus menerus dengan tekun dan benar tanpa keluar dari jalur atau batasan batasan yang telah di tentukan maupun sesuai dengan ucapan yang telah dilontarkan. konsisten salah satu sikap dari manusia yang sifatnya adalah untuk memegang teguh suatu prinsip atau pendirian dari segala hal yang telah di tentukan.

2   Koherensi

Adalah bagaimana membuat peralihan-peralihan yang jelas antar ide-ide, membuat  hubungan yang jelas antar kalimat dari sebuah paragraph dan membuat hubungan antar paragraph jelas dan mempermudah para pembaca untuk mengerti. Koherensi haruslah jelas, lengkap, susunan serta pengembangan materinya harus logis.

3.   Cara Menguji Autoritas

Menghidari semua desas-desus atau kesaksian, baik akan membedakan pula apa yang hanya merupakan pendapat saja atau pendapat yang sungguh-sungguh didasarkan atas penelitian atau data eksperimental. Ada beberapa cara sebagai berikut :

1.  Tidak mengandung prasangka

Pendapat disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli atau didasarkan pada hasil eksperimen yang dilakukannya.

2.   Pengalaman dan pendidikan autoritas

Dasar kedua menyangkut pengalaman dan pendidikan autoritas. Pendidikan yang diperoleh menjadi jaminan awal. Pendidikan yang diperoleh harus dikembangkan lebih lanjut dalam kegiatan sebagai seorang ahli. Pengalaman yang diperoleh autoritas, penelitian yang dilakukan, presentasi hasil penelitian dan pendapatnya akan memperkuat kedudukannya.

3.   Kemashuran dan prestise

Ketiga yang harus diperhatikan adalah meneliti apakah pernyataan atau pendapat yang akan dikutip sebagai autoritas hanya sekedar bersembunyi dibalik kemashuran dan prestise pribadi di bidang lain.

4.   Koherensi dengan kemajuan

Hal keempat adalah apakah pendapat yang diberikan autoritas sejalan dengan perkembangan dan kemajuan zaman atau koheren dengan pendapat sikap terakhir dalam bidang itu.

Sedangkan metode penalaran ada dua yaitu induktif dan deduktif, untuk lebih lengkapnya akan di post di halaman selanjutnya .(secepatnya)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar